taufiq

Sunday, December 1, 2013

Kualitas Air Sungai Ogan Semakin Memburuk diambil dari: Baturaja Online

Mahasis bersama LSM mengecek kondisi pencemara di Sungai Ogan yang semakin mengkhawatirkan.
Kualitas Sungai Ogan yang membelah tengah-tengah pusat Kota Baturaja, ibukota Kabupaten Ogan Komering Ulu, Sumatera Selatan sejak beberapa pekan terakhir sangat memprihatinkan, karena airnya keruh berwarna coklat susu dan bau akibat musim hujan di wilayah tersebut. Pantauan di lapangan, Selasa, Sungai Ogan debit airnya lebih tinggi dibandingkan hari biasa sekitar 15-30 centimeter. Herman (35), warga Air Gading Kecamatan Baturaja Barat mengatakan bahwa di samping debit air terlihat tinggi, juga kualitas airnya sungguh sangat memprihatinkan. “Biasa, kalau musim hujan seperti sekarang, air di Sungai Ogan akan keruh dan bau,” ungkapnya. Menurut dia, untuk bisa menggunakan air Sungai Ogan buat keperluan sehari-hari, khususnya minum, maka warga harus mencampurnya dengan obat penjernih terlebih dahulu. “Kalau untuk mandi saja, bagi yang sudah biasa tidak akan ada masalah. Namun, bagi yang belum pernah, jangan coba-coba, karena dapat terserang penyakit kulit berupa gatal-gatal,” katanya. Sementara, lanjut Hermansyah, air bersih dari PDAM Tirta Ogan juga tidak bisa terlalu diandalkan untuk digunakan keperluan sehari-hari, karena ada beberapa titik yang distribusinya tersendat, serta kualitas airnya juga kurang bagus. Ia mencontohkan, di kawasan Stasiun Tiga Gajah, terkadang suplai air PDAM tidak lancar dan kualitasnya kurang bagus, karena airnya berkarat atau bau. Andi (41), warga Kebun Jati, Kelurahan Saung Naga, Kecamatan Baturaja Barat juga mengeluhkan hal serupa. Menurutnya, sejak Kota Baturaja sering diguyur hujan, kualitas air Sungai Ogan yang mengalir di kampungnya sangat memprihatinkan. “Khusus untuk minum dan memasak, kami terpaksa membeli air galon, karena meski sudah diberi obat penjernih, bau busuk air Sungai Ogan tetap tidak hilang,” tegasnya. Menanggapi hal itu, Ketua Lembaga Penelitian, Pengembangan dan Pemberdayaan Lingkungan (LP3L) OKU, Yunizir Djakfar mengatakan, seharusnya meskipun Baturaja diguyur hujan, air di Sungai Ogan tidak keruh dan bau. Kondisi ini kata Yunizir, dikuatirkan terjadi akibat di daerah hulu sudah hampir tidak ada lagi penahan atau hutan penyanggah. “Kemungkinan besar hutan sudah berubah fungsi dan penebangan liar di OKU juga semakin marak,” ungkapnya. Kondisi itu tentu saja, kata Yunizir, dapat membuat air Sungai Ogan cenderung keruh, karena bercampur dengan tanah yang terbawa air. “Kondisi ini sudah sering terjadi dan sudah seharusnya sejak dulu menjadi perhatian dari insatnsi terkait, seperti Dinas Kehutanan, serta BLH OKU,” tegasnya. Sementara soal bau busuk yang tercium di air Sungai Ogan, menurut Dekan FISIP Universitas Baturaja itu, hal tersebut perlu ditinjau lagi, karena ada kemungkinan limbah dari perusahaan yang berada di hulu sungai menjadi pemicunya. “Memang BLH dan Dinas Kehutanan harus proaktif. Jangan cuma menunggu dan menunggu saja. Kedua instansi itu memiliki tanggungjawab moral terhadap masyarakat, terkait permasalahan ini,” katanya. Sedangkan pihak legislatif sebagai fungsi pengawasan dapat juga memberikan perhatian untuk mengingatkan pemerintah daerah atas kondisi lingkungan di OKU. Begitu juga dengan masyarakat mesti aktif menjaga kebersihan dengan cara tidak membuang sampah sembarangan ke sungai yang menjadi kebanggaan warga OKU tersebut. Pelaksana Harian Kepala Bidang Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan (P2PL) Dinas Kesehatan OKU, Yanizi, mengimbau agar warga tidak menggunakan air Sungai Ogan untuk diminum dan dimasak. “Lebih baik beli air mineral atau galon saja, karena saat ini kualitas airnya memang kurang bagus,” tegasnya. Namun untuk keperluan mandi, kakus dan mencuci pakaian,  air Sungai Ogan dinilai masih layak digunakan, karena diyakini tidak akan menimbulkan penyakit kulit, seperti gatal-gatal, katanya. diambil dari: Baturaja Online

No comments:

Post a Comment